Moto Guzzi V9 Bobber - perayaan hari jadinya yang ke-95 (1921-2016), Moto Guzzi memperkenalkan Moto Guzzi V9 Roamer dan V9 Bobber, dua neo-retro cruiser menawan di Lake Como Italia, beberapa waktu silam. Kini, kedua cruiser retro bermesin V-twin longitudinal (melintang) atau lazim disebut ‘flying V’ di lingkungan bikers itu, diluncurkan di Jakarta, 27 September 2016.
Moto Guzzi V9 Soarer dan Bobber menggunakan pendekatan desain yang berbeda. Namun, keduanya kami suka. Apalagi selain Harley-Davidson dan motor Jepang seperti Kawasaki, tidak banyak merek motor di Indonesia memilih model neo-retro cruiser untuk dipasarkan di sini. Inilah yang membuat kedua jagoan Moto Guzzi ini berbeda.
V9 Bobber bergaya neo-cruiser dengan panel instrumen retro, speedometer analog klasik lengkap dengan layar digital multi-function berpetunjuk odometer, konsumsi bahan bakar, temperatur, posisi gigi, jam hingga perpindahan gigi.
Kini saatnya pengujian. Motor pertama kami uji adalah Moto Guzzi V9 Bobber. Bobber dibalur warna hitam, mulai dari handle bar bergaya drag, kaca, per, dan knalpot. Sesuai namanya, Bobber menggunakan fender belakang rendah, jok tipis dan flat handlebar membuatnya lebih agresif dari Soarer.
Moto Guzzi V9 Bobber menggunakan velg 16 inci dengan ban besar berukuran 130/90 di depan, dan 150/80 di belakang. Ini membuatnya “melengket” dengan jalanan utamanya saat menikung. Aplikasi ban besar ini membuatnya sangat mudah dikontrol dan diprediksi. Ditunjang dengan sumbu roda berukuran 1.465 mm, dan bobot 199 kg, Moto Guzzi V9 Bobber mendukung gaya berkendara agresif pada kondisi lalu lintas ramai sekalipun.
Bobber menggunakan mesin V-twin berpendingin udara 853 cc. Mesinnya digendong oleh frame twin-tube cradle dan punya dua katup per silinder. V9 Bobber menggunakan crankcase alumunium, kepala silinder, dan piston baru. Pompa oli, sistem pendinginan, dan sistem pelumasan oli baru membantu mendinginkan mesin serta mengurangi gesekan, sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar. Begitu klaim MotoGuzzi, namun pada uji kali ini kami belum sempat melakukan pengujian bahan bakar.
Suspensi V9 Bobber sangat ‘oldies’. Garpu depannya belum upside down, dengan jarak travel 5,1 inci. Sementara di belakang menggunakan sepasang shock breaker preload-adjustable dengan travel 3,8 inci. Suspensi ini terbilang sangat nyaman. Bahkan pada permukaan jalan yang kasar.
Motor ini punya Pengatur Traksi dua tingkatan atau MGTC. Satu untuk kondisi kering, dan satu lagi untuk basah. Pada kesempatan pertama kami menggunakan MGTC 2 karena saat pengujian aspal dalam kondisi basah dan pihak MotoGuzzi menyarankan menggunakan pilihan itu. Tetapi, mereka juga memberi kami kesempatan luas mengeksplorasi kontrol traksi ini untuk merasakan perbedaan.
Pada putaran pertama itu, respon katup terasa lebih sopan dan tidak agresif. Namun seperti punya kepribadian berbeda, V9 Bobber menjelma sangat agresif saat MTGC 1 kami pilih. Letupan tenaga kuda seolah berlomba-lomba keluar dari mesinnya. Seperti rombongan kuda liar yang berlari kencang, gemuruh suara dari knalpotnya mendorong adrenalin di tubuh ini untuk semakin memutar gas hingga motor melaju kencang.
Kurva torsinya flat, dan motor ini berlari kencang mulai dari 2.500 rpm hingga 6.500 rpm. Tenaga yang dihasilkannya 55 hp pada 6.250 rpm dengan torsi maksimal 62,1 Nm pada 3.000 rpm. Kekurangannya adalah perpindahan gigi yang terasa kasar dan mengentak di setiap percepatan. Oh iya, motor ini menggunakan propeller shaft dan bukan rantai. Motor ini juga menggunakan dry clutch tunggal yang terbilang senyap karena adanya peredaman ekstra pada casing-nya (pelindungnya).
Tak sulit melakukan manuver ekstrim seperti menikung cepat bahkan hingga kemiringan 45 derajat. Keseimbangan sasis, kemudi, suspensi begitu melenakan. Sayangnya, pada jalan tak rata, peredaman suspensi tidak maksimal. Setidaknya, sepasang rem Brembo dengan caliper depan 4-pot sebagai pelengkap cakram berukuran 320 mm, dan cakram dua caliper menjadi penghenti laju V9 Bobber. Bobber dilengkapi ABS dua kanal lansiran Continental dan bekerja sangat baik saat kondisi hujan sekalipun.
Penulis : Reza Erlangga