Selasa, 29 September 2020

Cara Mengemudi Mobil Saat Jarak Pandang Terbatas

Cara Mengemudi Mobil Saat Jarak Pandang Terbatas -Saat kita mengemudikan kendaraan untuk beraktivitas sehari-hari, terkadang kita dihadapkan pada kondisi hujan atau cuaca berkabut. Akibatnya adalah jarak pandang menjadi terbatas. Berkendara dalam kondisi jarak pandang terbatas memang bisa membahayakan. Namun jika Anda dihadapkan dengan alasan mendesak, maka tak punya pilihan lain kecuali melanjutkan perjalanan.


Boleh saja melanjutkan perjalanan jika Anda masih merasa aman. Namun, jika kondisi makin parah atau jarak pandang makin pendek, sebaiknya segera mencari tempat aman untuk berhenti dan menunggu kondisi cuaca membaik. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti:


  • 1. Pastikan Kaca Selalu Bersih

Pastikan kaca jendela depan mobil Anda bersih sebelum mobil digunakan. Anda juga harus membersihkan spion samping sebelum berangkat untuk meminimalisasi kecelakaan. Upayakanlah meningkatkan visibilitas di sekitar kendaraan, dengan membersihkan seluruh kaca jendela.

  • 2. Gunakan Lampu yang Sesuai

Hal yang perlu diperhatikan saat jarak pandang terbatas adalah jangan menyalakan lampu jauh, karena hanya akan memperparah visibilitas. Alasannya, kabut justru memantulkan cahaya lampu mobil. Lampu kabut (foglamp) juga bisa diaktifkan, namun hanya jika jarak pandang di bawah 100 meter. Jangan lupa matikan lagi jika jarak pandang telah membaik.

  • 3. Gunakan Cairan Wiper

Cobalah bersihkan dengan cairan sabun khusus (washer fluid) lalu aktifkan wiper dengan setting lambat. Cairan pembersih juga bisa mengurangi atau menghilangkan partikel debu di kaca.

  • 4. Waspada dengan Pejalan Kaki

Jika melewati jalan yang kira-kira banyak pejalan kaki, perlambat laju kendaraan untuk mengetahui posisi mereka, dan selalu jaga jarak aman.

  • 5. Berhenti di Tempat yang Aman


Jika kondisi makin parah dan Anda terpaksa berhenti, carilah tempat dimana pengendara lain mudah melihat posisi kita. Terlebih, jika Anda harus berhenti di bahu jalan. Pastikan juga lampu hazard menyala saat berhenti, agar kendaraan belakang tahu posisi Anda. (Tips berkendara dari Hyundai Indonesia).

Sumber : Anjar Leksana

Sabtu, 26 September 2020

Aston Martin Vantage S V12

Setelah berselang beberapa bulan bermain dengan si kecil Aston Martin Vantage N430, yang menggendong mesin V8, akhirnya Autocar bisa bercengkrama bersama sang kakak, Aston Martin Vantage S V12. Sekilas dimensi dan tampangnya identik, hanya jantung mekanisnya saja yang beda. Sejatinya bagian yang khas dari dua model tersebut adalah balutan 'lipstik' yang menempel pada tepian grill dengan warna kontras.

Aston Martin Vantage S V12

Nah, sportscar yang kami kendarai kali ini berkelir kuning berpadu black carbonfibre pada grille dan pada lubang udara di bonnet. Efeknya adalah kombinasi warna yang mencolok. Dalam sudut pandang kami, visual semacam itu lebih seperti sentuhan bernilai seni ketimbang styling otomotif. Insinyur Aston Martin menyampaikan simbol karakter kendaraan yang kuat lewat bahasa desain eksterior, berupa tarikan garis yang mengalir dari fascia hingga ke belakang.

Aston Martin Vantage S V12

Analoginya, jika Anda melihat sosok James Bond, maka yang muncul adalah karakter tenang, well-dressed, penuh daya pikat, namun powerful. Dan begitulah adanya. Hubungan antara sang tokoh dengan Aston Martin memang begitu lekat. Berkaitan dengan itu, agaknya kendaraan ini lebih cocok disandingkan dengan konsumen aristokrat yang paham bagaimana cara berinteraksi dengan Vantage S V12. Tentu, siapapun boleh membelinya sebagai penghuni garasi rumah.

Dashboard Aston Martin Vantage S V12

Beralih ke bagian interior. Pabrikan Inggris ini belum pernah melakukan penyegaran sejak tahun 2009. Aston Martin masih saja mempertahankan desain dashboard lama yang terasa ketinggalan jaman dengan sportscar lainnya, sementara panel instrumen pun masih sama dengan gaya yang tidak terlihat agresif. Ketika Anda memasukinya, maka atmosfirnya pun mirip dengan Vanquish. Aston Martin mempertahankan sentuhan klasik seperti jam analog pada konsol tengah dan rem tangan berupa tongkat yang ditarik secara manual. Untuk sekaliber Aston Martin, tak perlu diragukan lagi cara mereka membalut interior, termasuk jok mobil, dengan bahan berkualitas yang dijahit (hand-made) dengan ketelitian tinggi.

Keunikan terus berlanjut saat Anda hendak menyalakan mobil dengan memasukan dan menekan keyless real-glass (kunci remote) di atas konsol tengah. Jarum penunjuk rpm bergerak cepat saat Anda menyalakan mesin. Nah, sayangnya pada meter cluster tak terlihat indikator red-line sebagaimana yang ada pada kendaraan atau bahkan sportscar pada umumnya. Jadi, sepertinya Anda harus melibatkan segenap 'feeling' berkendara agar menemukan titik kenyamanan ketika membawanya melesat kencang.

Di bawah bonnet berkelir kuning ini bersemayam jantung mekanis berbahan alloy naturally aspirated berkapasitas 6.0 liter V12. Dibandingkan dengan mesin Vantage regular, versi 'S' mengalami tuning mesin hingga tenaga melonjak 10% menjadi 570 hp dan tendangan torsi naik 9% menjadi 620 Nm. Salah satu formulasi dalam meningkatkan performa adalah gearbox. Insinyur Aston Martin membenamkan Sportshift III gearbox yang bobotnya 20 kg lebih ringan dari versi lawas.

Ia dibekali oleh gearbox single-clutch automated yang dapat dioperasikan secara otomatis dalam mode Drive. Awal berkenalan dengan sportscar ini kurang begitu mengundang hasrat, lantaran harus beradaptasi dahulu, bagaimana cara berkomunikasi dengan transmisi yang tergolong unik, bahkan antik. Apakah hal tersebut benar-benar menyenangkan? Kami tawarkan dua jawaban, bisa ya bisa juga tidak. Kami katakan tidak, jika Anda mengemudikannya secara pelan. Benar-benar tak menggairahkan saat mode normal. Setelah Anda memasukan gigi pertama dan seterusnya terasa ada jeda beberapa detik.

Dua putaran di proving ground Karawang kami habiskan untuk memahami bagaimana cara berinteraksi dengan si kuning Vantage S. Dan kami mulai bisa tersenyum setelah menekan tombol 'Sport' pada konsol tengah. Semuanya berubah, mulai dari setir yang semakin menyatu dengan pengemudi dan level kekerasan suspensi meningkat. Pun demikian dengan deru knalpot yang lebih 'berani' sebagaimana semburan mesin naturally aspirated.

Singkat cerita, kami menemukan cara terbaik untuk berkencan bersamanya. Mulailah melemaskan jemari tangan, dan biasakan untuk memindah gigi secara manual melalui paddle shift. Kami tak mengatakan transmisinya jelek, tidak. Hanya saja memang unik. Positifnya, gearbox ini lebih ringan dari dual-clutch. Hal ini membuat pengemudi merasa sangat terhubung dengan mesin. Perasaan bak kasmaran, saat Anda benar-benar memahami cara bermesraan bersamanya, Anda pun akan dibuat malas beranjak dari jok Vantage S V12.

Masih dalam mode berkendara 'Sport'. Untuk berakselerasi dari kondisi diam, Vantage S memberikan handling yang menyenangkan meski melesat kencang dengan respon secepat cahaya. Tentu konstantanya tidak secepat cahaya sesungguhnya. Kami hanya mengistilahkan itu lantaran responnya memang memukau. Lihat saja, respon mesin dari paddle shift-nya kurang dari 70 milidetik. Untuk berakselerasi dari 0-100 kpj hanya butuh 3,7 detik. Bukanlah torehan angka yang buruk.

Lantas, bagaimakah rasanya bila dibanding dengan transmisi PDK milik Porsche atau S tronic twin-clutch auto gearbox dari Audi? Transmisi milik Vantage yang jelas akan menyenangkan bila Anda memperlakukan sebagaimana karakternya. Hanya saja, carilah jalan yang tepat (jauh dari kemacetan) maka Anda benar-benar akan melupakan soal transmisi. Layak untuk dipinang? Jika Anda serius untuk memilikinya, sebaiknya berhenti membaca tulisan ini dan bergegaslah mencoba sendiri keunikan dan temukan penyatuan bersama Vantage S V12.


Penulis : Anjar Leksana

Lima Permasalahan Umum BMW E30 M40

Hal-hal yang harus diperhatikan saat merawat sedan BMW E30.

Populasi BMW E30 di Indonesia mayoritas berbentuk sedan empat pintu bermesin 1.800cc. Ada dua tipe mesin 1.800 cc yang umum beredar di indonesia, yakni mesin berkode M10 dan M40. Kendaraan ini mengantongi teknologi cukup sederhana dan kini harganya tergolong relatif murah. Perawatannya pun cukup mudah bagi Anda yang punya dan hendak membeli kendaraan ini. Sebelum Anda membeli “BMW-nya Mas Boy”, kami ini mengulas beberapa hal yang patut diperhatikan pada BMW E30 318i bermesin M40. Berikut yang harus Anda perhatikan:

1. Air Flow Meter (AFM)

Air Flow Meter terletak persis setelah boks saringan udara di bagian kiri depan. Fungsinya mengirim informasi kepada Engine Control Unit (ECU) mengenai jumlah udara yang masuk. Semakin panjang jarak tempuh, komponen karbon di dalam AFM akan menipis sehingga mobil tidak dapat beroperasi dengan optimal.

Salah satu cara mengeceknya adalah perhatikan putaran mesin saat stasioner. Ketika mobil tidak dapat stasioner dengan stabil, maka ada kemungkinan AFM sudah tidak berfungsi normal. Selain itu rasakan pergerakan tenaga dari putaran bawah hingga atas. Apabila mobil terasa seperti tercekik atau tersendat saat melaju ke putaran atas, maka hal ini juga menjadi salahsatu gejala AFM tidak berfungsi normal.

2. Cylinder head dan camshaft

Camshaft menjadi salahsatu titik lemah di mesin M40. Cam lobe lebih mudah aus ketimbang mesin BMW E30 lainnya karena oil spray bar yang mudah tersumbat. Apabila camshaft aus, maka mesin tidak dapat berputar di putaran tinggi mengakibatkan hilangnya tenaga. Mesin M40 memiliki suara khas ''tik-tik-tik-tik'' yang halus. Namun apabila Hydraulic Valve Adjuster aus akan mengakibatkan suara mesin yang kasar, seperti suara burung pelatuk. Dan jangan lupa ganti timing belt karena ketika sabuk ini putus akan mengakibatkan bencana besar bagi mesin dan dompet Anda.

3. Selang-Selang

Salahsatu hal krusial yang patut diperhatikan adalah selang-selang di BMW E30 anda. Rasakan karet-karet selang radiator apakah sudah getas atau tidak. Lalu selang bensin masuk dan keluar terletak di dekat booster rem, cari keretakan atau sumber kebocoran karena akan sangat berbahaya ketika selang tersebut sudah getas. Selang-selang lain yang terdapat di ruang mesin maupun menuju ruang mesin pun perlu diperiksa karena BMW E30 bukan lagi tergolong sebagai mobil muda.

BMW E30 M40


 4. Body dan sasis

Perhatikan garis-garis yang menyambung antara panel ke panel. Masih luruskan atau ada bekas tabrakan? Lalu perhatikan jarak antara panel, gap antara panel yang baik seharusnya rata. Dan cari BMW E30 yang memiliki lis body yang lengkap, karena akan sulit untuk mencari barang-barang lis serta harganya pun relatif mahal. Kemudian cari titik karat di kolong mobil. Biasanya terdapat di balik rocker panel, lekukan sasis persis di bawah firewall, dan bagasi. Keropos yang menggerogoti bagian sasis akan membahayakan nyawa Anda ketika berkendara.

5. Jejak oli

Periksa kolong-kolong mesin dan juga bagian belakang mesin dekat sambungan gearbox terhadap bekas ataupun rembesan oli. Ketika ada oli yang keluar dari mesin maka ada kemungkinan kebocoran dan bisa jadi memerlukan biaya yang relatif mahal untuk diperbaiki.


Oleh : Ahmad Karim 

Selasa, 22 September 2020

Begini Rasanya Naik Ducati Scrambler

Ducati menghidupkan kembali motor bergaya retro yang sempat berjaya di tahun 1960-an silam. Ya, saat pabrikan Italia ini mengumumkan kelahiran kembali Scrambler banyak pecinta motor retro yang tak sabar untuk meminangnya. Ducati kini menghadirkan dua varian dari Scrambler yaitu Sixty2 dan 800. Saya pun berkesempatan mencicipi seperti apa Ducati Scrambler Sixty2 yang diimpor langsung oleh Garansindo Euro Sports selaku agen resmi Ducati di Tanah Air.

Sixty2 sendiri terinspirasi oleh gaya hidup anak muda saat ini, skateboard, street food, musik pop dan semua itu seakan kembali ke jaman kejayaan musik pop di tahun 1962 (tahun pertama Ducati Scrambler diluncurkan). Pembeda yang paling utama antara Sixty2 dengan Ducati Scrambler 800 adalah kapasitas mesinnya. Ya, Ducati membekali Scrambler Sixty2 dengan mesin kecil yaitu 399cc yang memang disesuaikan untuk pasar Asia atau konsumen yang ingin naik kelas memiliki Ducati. Bisa dibilang inilah entry level dari Ducati.

Desainnya kini retro modern, tampilan klasik masih dipertahankan namun dipadukan dengan aura modern agar tetap tampil kekinian. Bodinya yang ramping dengan ciri khas tangki bensin yang masih sama seperti Scrambler generasi awal. Setang lebar dan tinggi serta ban ‘dual purpose’ belakang menggunakan ukuran 160/60 x 17 inci dan ban depan 110/10 x 17 semakin menguatkan aura Scrambler-nya. Posisi duduknya pun ‘aman’ untuk postur Asia seperti orang Indonesia.

Scrambler Sixty2 ini dijual dengan harga Rp 219 juta (OFR), oleh sebab itu fiturnya tidak terlalu istimewa, semua dibuat sesuai kebutuhan. Seperti lampu depan yang bergaya bulat klasik namun dikelilingi LED untuk mempermanis tampilannya. Kemudian suspensi depan masih mengandalkan teleskopik biasa berdiameter as 41 mm, sedangkan versi 800 cc-nya sudah dibekali dengan upside down.

Lengan ayun ‘banana’ berbahan baja didukung dengan suspensi belakang. Sedang dari sisi pengereman, depan cakram berdiameter 320 mm dengan kaliper Brembo 2 piston, belakang 245 mm dengan kaliper Brembo 1 piston. Untuk keselamatan, Scrambler Sixty2 ini sudah dibekali ABS, yang bisa dimatikan melalui menu yang ada di spidometer.

Spidometernya sendiri modern dengan tampilan digital, menyuguhkan informasi kecepatan, odometer, trip A & B, suhu udara, side stand status, jam, rpm, voltase aki, dan jadwal servis. Ada juga shift light yang akan berkedip di 12.000 rpm.

Saat diajak berkendara di kepadatan Jakarta, Sixty2 menyuguhkan pengendalian yang lincah. Dengan bobot bersih hanya 165 kg, layaknya mengendarai motor 250 cc. Melewati kemacetan juga masih nikmat tidak merepotkan. Hanya harus berhati–hati karena stangnya cukup lebar. Suspensinya nyaman, baik dikendarai sendiri maupun berboncengan.

Dibekali dengan mesin L-twin cylinder dengan bore 72 mm dan stroke 49 mm, Desmodromic 2 klep di tiap silindernya. Racikan Ducati ini memiliki karakter respon mesin yang cukup halus sehingga cocok untuk bikers yang baru naik kelas atau untuk riding dalam kota. Raungan mesin kasar khas Ducati tetap terdengar jelas, meskipun knalpot bawaan pabrik cukup senyap.

Saat akselerasi, motor ini baru terasa galak saat menyentuh 8.000 rpm, hentakan mesin langsung terasa menarik badan sampai limiter di 12.000 rpm. Memang motor ini diracik agar memiliki tenaga puncak 41 hp dan torsi 34,6 Nm pada rentang rpm tersebut. Karakter perpindahan gear terasa halus dan rapat, namun masih terasa ada jeda rpm ‘drop’ saat pindah gear. Koplingnya termasuk enteng sehingga semakin menambah kenikmatan berkendara terutama di dalam kota. Namun sayang putaran gas terasa cukup berat, sehingga disarankan untuk menggunakan sarung tangan.

Satu lagi yang harus diingat adalah, hawa panas akan merasuk ke kaki pengendara saat posisi sedang terjebak macet atau berhenti di lampu merah, tapi begitu sudah tancap gas lagi panasnya hilang seketika. Scrambler Sixty2 ini merupakan racikan yang pas dari Ducati karena terasa lincah untuk membelah kepadatan Jakarta namun juga responsif dan tetap nyaman saat diajak turing jarak jauh. Mesinnya yang hanya 399cc merupakan pilihan yang bijak bagi Anda yang ingin naik kelas dan merasakan sensasi berkendara a la Ducati.

Spesifikasi Ducati Scrambler

Sumber : Autocar Indonesia


Jumat, 11 September 2020

BMW X5 xDrive40e M Sport - Tahun 2016

BMW X5 Hybrid ini pertama kali diboyong ke Tanah Air oleh PT BMW Indonesia di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016. Sayangnya BMW belum berniat untuk memasarkan mobil plug-in hybrid ini secara resmi di Indonesia. Persoalan terbesarnya adalah belum jelasnya peraturan pemerintah mengenai mobil listrik dan hybrid.

BMW X5 xDrive40e M Sport - Tahun 2016


Saat ini, satu unit yang telah hadir akan digunakan untuk kepentingan edukasi dan membangun perhatian dari kalangan pemerintah dan masyarakat terhadap teknologi ramah lingkungan. Namun Autocar Indonesia mendapat kesempatan untuk mencoba mobil yang hanya ada satu-satunya di Indonesia ini untuk pengenalan lebih dalam.

Secara desain, X5 xDrive40e ini tak ubahnya dengan varian X5 bermesin diesel atau bensin. Anda mungkin hanya akan merasakan perbedaan saat melihat ada dua tutup tangki bensin di mobil ini dan juga ketika melihat logo ‘eDrive’ di buritan. Selebihnya semua sama.

Di dalam kabinnya ada sedikit perbedaan, karena BMW plug-in hybrid ini memiliki ciri khas dengan warna biru sehingga nuansa di dalam kabinnya ada unsur warna biru. Kemudian ada perbedaan dari hadirnya tombol eDrive di panel tengah dekat mode berkendara. Dari panel instrumen tidak ada yang berbeda, hanya ada gambar baterai untuk menunjukkan kapasitasnya saja.

BMW X5 Hybrid, SUV BMW pertama yang mengadopsi teknologi plug-in hybrid.

Teknologi plug-in hybrid yang dimiliki oleh X5 ini sama dengan yang ada pada BMW i8. Bedanya pada i8 konsumen yang membeli mobilnya akan diberikan satu wallbox (tempat pengisian baterai) untuk dipasang di rumah. Nah kalau X5 ini tidak dapat, karena ya memang mobilnya juga belum dijual.


Mesin konvensionalnya sendiri dibekali dengan mesin 4-silinder 2.0 liter turbo dengan tenaga maksimal 245 hp dan torsi 350 Nm. Kemudian motor listriknya memiliki tenaga 113 hp dan torsi 250 Nm. Jika digabungkan maka tenaga totalnya mencapai 313 hp dengan torsi 450 Nm.

Pada X5 hybrid ini penggerak rodanya sudah mengadopsi sistem xDrive atau penggerak empat roda melalui transmisi otomatis 8-speed Steptronic. Berbeda dengan i8 yang mesin bensinnya menggerakkan roda belakang sementara motor listriknya menggerakkan roda depan. Pada X5 ini baik mesin bensin dan motor listriknya sama-sama menggerakkan keempat rodanya secara bergantian atau berbarengan.

Mode berkendara untuk eDrive ada tiga yaitu Auto eDrive sebagai mode default untuk kombinasi mesin bensin dan motor listrik sesuai kebutuhan pengemudi dan juga kapasitas baterai. MAX eDrive untuk mode full electric sesuai dengan kapasitas baterai yang tersisa. Terakhir ada SAVE Battery di mana mesin bensin akan selalu menyala untuk menjalankan mobil dan juga mengisi ulang baterai.

Tapi kecanggihan mobil plug-in hybrid BMW ini baterainya bisa diisi ulang di mana saja. Asal ada stop kontak listrik 12V di tembok maka bisa mengisi ulang baterainya. Hanya saja tidak boleh menggunakan sambungan kabel. Untuk sekali pengisian terdapat 3 setelan ampere yang berbeda, semakin besar maka semakin cepat waktu pengisiannya, paling cepat mencapai 3-4 jam. Jika menggunakan Wallbox dari BMW hanya kurang dari 3 jam.

Untuk mode berkendaranya sendiri masih sama ada ECO Pro, Comfort, Sport, dan Sport+. Jika menggunakan ECO Pro, saat coasting mobil akan pindah sendiri ke mode elektrik. Saat menguji kemampuan baterainya, dari kantor BMW Indonesia di The Plaza, Thamrin menuju ke kantor Autocar di jalan TB Simatupang, kami menggunakan mode MAX eDrive. Dengan kondisi awal baterai yang penuh dan situasi lalu lintas yang macet, jarak 13 km ditempuh dengan total waktu perjalanan satu jam. Tapi tidak sekalipun mesin bensinnya menyala, jadi kami sama sekali tidak menyumbang polusi ke langit Jakarta.

Klaim BMW mobil ini bisa berjalan dengan motor listrik sejauh 31 km dengan kecepatan maksimum 120 kpj. Jika jarak dari rumah ke kantor hanya kurang dari 20 km maka bisa-bisa Anda tidak perlu mengisi bensin selamanya dan juga berperan dalam mengurangi polusi. Sayangnya mobil ini belum dijual oleh BMW hanya karena pemerintah kita belum mengerti apa bedanya teknologi hybrid dengan mesin konvensional. Mudah-mudahan edukasi yang diberikan oleh BMW melalui i8 dan X5 hybrid ini dapat memberikan pencerahan bagi pemerintah agar segera merevisi skema pajak bagi kendaraan ramah lingkungan.

BMW X5 xDrive40i M Sport

 

Harga             TBA

Mesin             Bensin 2.0 liter 4-silinder turbo, motor listrik

Tenaga            313 hp (245 hp mesin bensin), (113 hp motor listrik)

Torsi               320 Nm (mesin), 250 Nm (motor listrik)

Transmisi        otomatis 8-speed (AWD)

0-100 kpj        6,8 detik (klaim)

Kec. Maks      210 kpj (mesin bensin) / 120 kpj (motor listrik)

 

 Sumber : Danang Priyamboro