Setelah berselang beberapa bulan bermain dengan si kecil Aston Martin Vantage N430, yang menggendong mesin V8, akhirnya Autocar bisa bercengkrama bersama sang kakak, Aston Martin Vantage S V12. Sekilas dimensi dan tampangnya identik, hanya jantung mekanisnya saja yang beda. Sejatinya bagian yang khas dari dua model tersebut adalah balutan 'lipstik' yang menempel pada tepian grill dengan warna kontras.
Nah, sportscar yang kami kendarai kali ini berkelir kuning berpadu black carbonfibre pada grille dan pada lubang udara di bonnet. Efeknya adalah kombinasi warna yang mencolok. Dalam sudut pandang kami, visual semacam itu lebih seperti sentuhan bernilai seni ketimbang styling otomotif. Insinyur Aston Martin menyampaikan simbol karakter kendaraan yang kuat lewat bahasa desain eksterior, berupa tarikan garis yang mengalir dari fascia hingga ke belakang.
Aston Martin Vantage S V12
Analoginya, jika Anda melihat sosok James Bond, maka yang muncul adalah karakter tenang, well-dressed, penuh daya pikat, namun powerful. Dan begitulah adanya. Hubungan antara sang tokoh dengan Aston Martin memang begitu lekat. Berkaitan dengan itu, agaknya kendaraan ini lebih cocok disandingkan dengan konsumen aristokrat yang paham bagaimana cara berinteraksi dengan Vantage S V12. Tentu, siapapun boleh membelinya sebagai penghuni garasi rumah.
Beralih ke bagian interior. Pabrikan Inggris ini belum pernah melakukan penyegaran sejak tahun 2009. Aston Martin masih saja mempertahankan desain dashboard lama yang terasa ketinggalan jaman dengan sportscar lainnya, sementara panel instrumen pun masih sama dengan gaya yang tidak terlihat agresif. Ketika Anda memasukinya, maka atmosfirnya pun mirip dengan Vanquish. Aston Martin mempertahankan sentuhan klasik seperti jam analog pada konsol tengah dan rem tangan berupa tongkat yang ditarik secara manual. Untuk sekaliber Aston Martin, tak perlu diragukan lagi cara mereka membalut interior, termasuk jok mobil, dengan bahan berkualitas yang dijahit (hand-made) dengan ketelitian tinggi.
Keunikan terus berlanjut saat Anda hendak menyalakan mobil dengan memasukan dan menekan keyless real-glass (kunci remote) di atas konsol tengah. Jarum penunjuk rpm bergerak cepat saat Anda menyalakan mesin. Nah, sayangnya pada meter cluster tak terlihat indikator red-line sebagaimana yang ada pada kendaraan atau bahkan sportscar pada umumnya. Jadi, sepertinya Anda harus melibatkan segenap 'feeling' berkendara agar menemukan titik kenyamanan ketika membawanya melesat kencang.
Di bawah bonnet berkelir kuning ini bersemayam jantung mekanis berbahan alloy naturally aspirated berkapasitas 6.0 liter V12. Dibandingkan dengan mesin Vantage regular, versi 'S' mengalami tuning mesin hingga tenaga melonjak 10% menjadi 570 hp dan tendangan torsi naik 9% menjadi 620 Nm. Salah satu formulasi dalam meningkatkan performa adalah gearbox. Insinyur Aston Martin membenamkan Sportshift III gearbox yang bobotnya 20 kg lebih ringan dari versi lawas.
Ia dibekali oleh gearbox single-clutch automated yang dapat dioperasikan secara otomatis dalam mode Drive. Awal berkenalan dengan sportscar ini kurang begitu mengundang hasrat, lantaran harus beradaptasi dahulu, bagaimana cara berkomunikasi dengan transmisi yang tergolong unik, bahkan antik. Apakah hal tersebut benar-benar menyenangkan? Kami tawarkan dua jawaban, bisa ya bisa juga tidak. Kami katakan tidak, jika Anda mengemudikannya secara pelan. Benar-benar tak menggairahkan saat mode normal. Setelah Anda memasukan gigi pertama dan seterusnya terasa ada jeda beberapa detik.
Dua putaran di proving ground Karawang kami habiskan untuk memahami bagaimana cara berinteraksi dengan si kuning Vantage S. Dan kami mulai bisa tersenyum setelah menekan tombol 'Sport' pada konsol tengah. Semuanya berubah, mulai dari setir yang semakin menyatu dengan pengemudi dan level kekerasan suspensi meningkat. Pun demikian dengan deru knalpot yang lebih 'berani' sebagaimana semburan mesin naturally aspirated.
Singkat cerita, kami menemukan cara terbaik untuk berkencan bersamanya. Mulailah melemaskan jemari tangan, dan biasakan untuk memindah gigi secara manual melalui paddle shift. Kami tak mengatakan transmisinya jelek, tidak. Hanya saja memang unik. Positifnya, gearbox ini lebih ringan dari dual-clutch. Hal ini membuat pengemudi merasa sangat terhubung dengan mesin. Perasaan bak kasmaran, saat Anda benar-benar memahami cara bermesraan bersamanya, Anda pun akan dibuat malas beranjak dari jok Vantage S V12.
Masih dalam mode berkendara 'Sport'. Untuk berakselerasi dari kondisi diam, Vantage S memberikan handling yang menyenangkan meski melesat kencang dengan respon secepat cahaya. Tentu konstantanya tidak secepat cahaya sesungguhnya. Kami hanya mengistilahkan itu lantaran responnya memang memukau. Lihat saja, respon mesin dari paddle shift-nya kurang dari 70 milidetik. Untuk berakselerasi dari 0-100 kpj hanya butuh 3,7 detik. Bukanlah torehan angka yang buruk.
Lantas, bagaimakah rasanya bila dibanding dengan transmisi PDK milik Porsche atau S tronic twin-clutch auto gearbox dari Audi? Transmisi milik Vantage yang jelas akan menyenangkan bila Anda memperlakukan sebagaimana karakternya. Hanya saja, carilah jalan yang tepat (jauh dari kemacetan) maka Anda benar-benar akan melupakan soal transmisi. Layak untuk dipinang? Jika Anda serius untuk memilikinya, sebaiknya berhenti membaca tulisan ini dan bergegaslah mencoba sendiri keunikan dan temukan penyatuan bersama Vantage S V12.
Penulis : Anjar Leksana